SORE itu di sebuah hamparan sawah di Maros, Sulawesi Selatan, La Ode hanya bisa menatap padi-padi yang menguning prematur.
Daun-daun meranggas, batangnya kering, tak seperti musim panen sebelumnya.
“Saya sudah pupuk dua kali, tapi hasilnya begini,” gumamnya getir sambil meremas segenggam tanah yang retak-retak.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Program Partisipasi Desa PT Sumbawa Timur Mining Raih CSR & PDB Awards 2025
Press Release Berbayar: Solusi Publikasi Media bagi Perusahaan di Era Kompetitif
Trump Umumkan Indonesia Beli Energi & 50 Boeing, Tarif Ekspor Turun

SCROLL TO RESUME CONTENT
La Ode baru saja menyadari pupuk yang ia beli dengan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) ternyata palsu. Sawahnya gagal panen.
Utangnya kini membengkak, sementara pupuk oplosan yang ia beli sudah raib dari pasar. Kasus seperti yang dialami La Ode ternyata bukan cerita tunggal.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan sedikitnya ada lima jenis pupuk palsu yang berhasil ditemukan timnya dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga:
Waktu Terbaik Memperluas Portofolio Saat Pasar Mengalami Koreksi
Pabrik Coca Cola di Bali Tutup, Penjualan Terjun Bebas
CSA Index Juni 2025 Bukti Kepercayaan Pasar Menguat Meski Risiko Global Masih Ada
Jumlah kerugian petani akibat ulah mafia pupuk itu diperkirakan mencapai Rp3,2 triliun secara nasional.
“Bayangkan, kalau pupuknya palsu, itu kerugian petani. Ini pinjaman KUR, petani bisa langsung bangkrut,” kata Amran dalam pernyataannya di Makassar, Sabtu (12/7/2025).
Mentan menyayangkan masih maraknya pihak-pihak yang tega mempermainkan nasib petani kecil dengan menjajakan pupuk oplosan di pasaran.
Menurutnya, tindakan itu bukan saja melanggar hukum, tetapi juga tidak etis dan merusak ketahanan pangan nasional.
Baca Juga:
Diplomasi Ekonomi Indonesia – Australia, Evaluasi 5 Tahunan CEPA dan Isu Mineral Kritis
Pengunduran Dìrinya yang Tak Disetuǰui Presiden Prabowo Subianto, Ini Respons Kepala PCO Hasan Nasbi
“Ini yang harus kita bereskan. Selama kami di pertanian, kami fokus ingin pertanian Indonesia berjaya,” tegas Amran.
Jejak Mafia Pupuk: Dari Gudang Oplosan hingga Sawah Sengsara
Dalam penelusuran Tim Investigasi Kementerian Pertanian, ditemukan modus lama yang kembali dipoles.
Para mafia pupuk menyelundupkan pupuk subsidi untuk kemudian dicampur dengan bahan-bahan lain, lalu dikemas ulang dengan label tiruan.
Harganya hanya sedikit lebih murah dari harga resmi, namun kualitasnya tak lebih dari bubuk kapur.
Hasil panen jelas anjlok, bahkan banyak sawah yang justru jadi kering kerontang.
Pakar pertanian menilai fenomena ini sebenarnya sudah lama menjadi rahasia umum.
Namun minimnya pengawasan di tingkat bawah membuat mafia pupuk masih leluasa bermain.
“Petani sering tak sadar karena kemasannya persis seperti asli. Begitu panen gagal, sudah terlambat,” ujarnya.
Ironisnya, sebagian besar petani membeli pupuk itu dengan modal pinjaman program KUR yang disalurkan melalui bank-bank BUMN.
Alhasil, gagal panen membuat mereka terjerat utang yang makin menumpuk. Bank tetap menagih cicilan, sedangkan sawah tak lagi menghasilkan.
“Kalau sudah begini, banyak yang terpaksa menjual tanah. Ini praktik yang sangat merugikan petani kita,” ucap Amran.
Pemerintah sendiri mengaku masih merahasiakan detail lokasi temuan dan jenis pupuk palsu itu demi kepentingan penyelidikan.
Namun, Menteri Pertanian memastikan akan bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk menjerat para pelaku.
“Tidak ada kompromi bagi mafia pupuk. Kami akan tindak tegas sesuai hukum,” katanya.
Mimpi Swasembada Pangan di Tengah Ancaman Pupuk Oplosan
Masih segar di ingatan publik pernyataan Presiden Prabowo Subianto tentang target menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
Ambisi besar itu jelas membutuhkan pondasi kuat di tingkat paling bawah: petani. Namun, ulah mafia pupuk justru melemahkan semangat para petani kecil untuk berproduksi.
Mentan Amran pun menegaskan komitmennya terhadap arahan presiden. Ia berjanji membenahi rantai distribusi pupuk dan menutup semua celah permainan kotor.
“Kami ingin Indonesia menjadi lumbung pangan dunia seperti perintah Bapak Presiden,” ucap Amran.
Dalam pandangan pengamar agribisnis, persoalan pupuk palsu adalah contoh klasik lemahnya pengawasan pemerintah.
Ia mendorong audit menyeluruh atas rantai distribusi pupuk, termasuk pelaku usaha di sektor hilir.
“Kalau tidak ada tindakan nyata, mafia ini hanya pindah lokasi dan modus. Petani lagi-lagi jadi korban,” ujarnya.
Bagi petani seperti La Ode, janji-janji itu terdengar manis namun ia berharap bukan sekadar wacana.
Dengan utang yang kini menjerat lehernya, ia hanya ingin satu hal: bisa menanam kembali dengan pupuk asli, lalu menuai panen tanpa rasa waswas.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infotelko.com dan Infoekonomi.com.
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media 23jam.com dan Haiidn.com.
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Hallotangsel.com dan Haisumatera.com.
Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center