DENPASAR – Pemerintah Provinsi Bali mengonfirmasi penutupan pabrik Coca Cola di Kabupaten Badung setelah penurunan penjualan secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali, I Gusti Ngurah Wiryanatha, mengatakan bahwa keputusan ini belum diumumkan secara resmi.
Namun telah disampaikan kepada pemerintah daerah dalam bentuk pemberitahuan awal mengenai kinerja perusahaan.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Letusan Gunung Lewotobi Picu Hujan Abu dan Status Awas di Flores
Ketika Pendidikan Dijadikan Proyek: Dugaan Korupsi Chromebook, Tiga Eks Stafsus Diperiksa Pekan Ini

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Penjualan mereka menurun cukup drastis, itu salah satu faktor utama,” kata Wiryanatha di Denpasar, Jumat, (13/06/2025).
Ia menambahkan bahwa selain penurunan penjualan, masih ada sejumlah faktor penyebab lain yang tidak dipublikasikan ke publik oleh pihak Coca Cola Europacific Partners Indonesia.
Penutupan pabrik ini berdampak langsung terhadap pekerja, dengan sedikitnya 70 karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), sebuah angka yang turut menjadi sorotan Disperindag Bali dalam konteks perlindungan tenaga kerja.
Perubahan Pola Konsumsi dan Kesadaran Gaya Hidup Sehat
Ngurah Wiryanatha menilai penurunan konsumsi Coca Cola dan minuman bersoda di Bali tidak dapat dilepaskan dari perubahan gaya hidup masyarakat, khususnya kecenderungan mengonsumsi minuman yang dinilai lebih sehat.
“Masyarakat Bali semakin sadar akan isu kesehatan,” ujarnya.
Menurut dia, hasil evaluasi Disperindag menunjukkan adanya pergeseran signifikan dalam preferensi konsumen terhadap minuman rendah gula dan lebih alami, seperti jus buah dan air mineral.
Baca Juga:
Kasus Dugaan Korupsi NTB Convention Center, Kajati Angkat Bicara Soal Peluang TGB Jadi Tersangka
Pengunduran Dìrinya yang Tak Disetuǰui Presiden Prabowo Subianto, Ini Respons Kepala PCO Hasan Nasbi
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
Fenomena ini, kata Wiryanatha, telah berlangsung beberapa tahun terakhir dan diperkuat oleh sejumlah penelitian ilmiah yang mengaitkan konsumsi minuman bersoda dengan risiko kesehatan seperti diabetes dan obesitas.
“Dulu orang beli soda sebagai simbol gaya hidup. Sekarang trennya berubah total. Orang lebih pilih infused water atau cold-pressed juice,” tambahnya.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bali juga menunjukkan peningkatan penjualan air mineral dalam kemasan dan minuman berbasis tanaman sebesar 12 persen selama 2024.
Kebijakan Pemerintah dan Respons Industri Minuman di Bali
Pemerintah Provinsi Bali sebelumnya telah menerapkan kebijakan pembatasan penggunaan air minum dalam kemasan (AMDK) berukuran kurang dari satu liter dalam upaya mengurangi limbah plastik.
Kebijakan ini sempat dianggap sebagai tantangan oleh industri, namun oleh Wiryanatha justru disebut sebagai momentum inovasi.
“Kami menyarankan pelaku industri untuk tidak semata-mata menyalahkan penurunan daya beli atau regulasi, tapi mencari format baru yang relevan dengan tren pasar,” ujarnya.
Dalam konteks ini, Disperindag Bali mendorong produsen minuman bertransformasi dengan menciptakan produk berbasis herbal lokal, seperti jamu Bali, atau jus dari bahan alami.
Ia menambahkan bahwa ekosistem produksi lokal di Bali masih menjanjikan, asalkan pelaku usaha bisa membaca arah selera konsumen yang kini lebih menuntut kualitas, kesehatan, dan keberlanjutan.
Dampak Sosial Ekonomi dari PHK Massal di Kabupaten Badung
Penutupan pabrik Coca Cola di Badung hanyalah satu dari rangkaian dampak PHK yang terjadi di kabupaten tersebut dalam beberapa bulan terakhir.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali, Ida Bagus Setiawan, menyatakan bahwa selain 70 karyawan Coca Cola, terdapat sekitar 100 pekerja di sektor pariwisata—khususnya hotel dan restoran—yang juga terdampak PHK.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Disnaker Kabupaten Badung untuk memverifikasi data dan menelusuri akar persoalan ini,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa semua hak pekerja yang terkena PHK harus tetap dipenuhi sesuai Undang-Undang Ketenagakerjaan.
“Kalau tidak tercapai kesepakatan dalam mediasi, maka akan naik ke tahap penyelesaian hubungan industrial sesuai prosedur,” katanya.
Setiawan juga mengingatkan pentingnya peningkatan kapasitas tenaga kerja melalui pelatihan ulang (reskilling) dan penyesuaian keterampilan untuk menghadapi perubahan dinamika industri.
Tantangan Global dan Boikot Produk Asal Amerika Serikat
Tidak hanya di Indonesia, Coca Cola juga menghadapi tekanan di pasar global.
Sebuah laporan mengungkapkan bahwa penjualan Coca Cola di Denmark mengalami penurunan akibat boikot konsumen terhadap produk asal Amerika Serikat sebagai bentuk protes terhadap kebijakan luar negeri negara tersebut di Timur Tengah.
Meski konteks Bali berbeda, tekanan semacam ini turut memperkuat posisi brand lokal dan produk alternatif yang dinilai lebih etis dan sehat.
Menurut pengamat bisnis dari Universitas Udayana, Dr. Made Arya Suartana, penurunan minat terhadap Coca Cola mencerminkan pergeseran nilai di kalangan konsumen muda.
“Mereka tidak lagi loyal pada merek besar jika merek itu dianggap tidak sesuai dengan nilai keberlanjutan dan etika global,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa generasi milenial dan Gen Z kini menjadi konsumen dominan, dan mereka lebih memilih produk yang memiliki cerita, transparansi, dan dampak sosial yang positif.
Menyambut Masa Depan Industri Minuman yang Lebih Sehat
Kasus tutupnya pabrik Coca Cola di Bali menjadi cermin penting bagi pelaku industri minuman di Indonesia untuk membaca ulang lanskap konsumsi.
Data, kebijakan, hingga perubahan nilai konsumen menunjukkan bahwa industri ini sedang bertransformasi menuju era yang lebih sadar kesehatan dan lingkungan.
Pemerintah daerah, seperti yang dilakukan Disperindag Bali, perlu proaktif menawarkan stimulus inovasi dan membuka ruang riset untuk pengembangan produk lokal.
Selain itu, lembaga pelatihan kerja harus mulai fokus pada pelatihan wirausaha berbasis minuman sehat, fermentasi, serta distribusi berbasis digital.
Pelaku usaha juga harus lebih fleksibel dalam mengadopsi teknologi produksi rendah karbon, kemasan ramah lingkungan, dan sistem distribusi langsung ke konsumen (D2C).
Dari sisi konsumen, publik perlu terus diberikan edukasi berbasis sains agar kesadaran hidup sehat tidak menjadi tren sesaat, melainkan budaya konsumsi jangka panjang.
Penutupan satu pabrik memang menyedihkan, apalagi jika menyangkut nasib 70 keluarga.
Namun, jika dijadikan refleksi bersama, ini bisa menjadi titik balik menuju industri minuman Indonesia yang lebih tangguh, sehat, dan relevan dengan zaman.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Hutannews.com dan Tambangpost.com
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Apakabarindonesia.com dan Infoseru.com
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Apakabarjabar.com dan Haisumatera.com
Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center